nusakini.com--Nur Isnaini Wulan Agustin, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) ini tercatat menjadi wisudawan terbaik pada Wisuda Sarjana dan Magister ke-34 IAIN Surakarta periode April 2017. Ulin, seperti itulah ia akrab disapa, berhasil lulus dengan predikat sangat memuaskan dan IPK 3,80. 

Dalam tugas akhirnya, Ulin meneliti tentang penggunaan blog di kelas Interpreting. Sasaran penelitian tersebut adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester 4. Karena pada kelas Interpreting dilaksanakan dengan oral production maka menurutnya blog dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahunan materi interpreting selain belajar di dalam kelas saat perkuliahan. 

Meskipun blog hanya menjadi materi tambahan, namun ini dapat membantu mahasiswa agar dapat memahami materi dengan baik dan saat sesi praktik 6. Berdasar penelitian tersebut, mahasiswa terbantu dengan blog, khususnya saat kelas Interpreting. 

Dara berperawakan mungil ini merupakan mahasiswa penerima bidikmisi yang mampu menyelesaikan studi selama 7 semester. Berasal dari keluarga ekonomi lemah tak membuat Ulin patah arang saat menempuh pendidikan. Jenjang demi jenjang ia lalui. Mimpi mengenyam pendidikan setinggi langit dibangunnya sejak kecil sebagai motivasi belajar, meski kendala biaya sering mendera. 

Usaha dan keberuntungan datang pada waktu yang tepat. Dengan bekal prestasi selama di MTsN Karanganyar, Ulin berhasil mendapatkan beasiswa penuh ketika melanjutkan studi di MAN Karanganyar. Seleksi ketat saat mendaftar beasiswa bidikmisi IAIN Surakarta pun ia lakoni demi melanjutkan ke jenjang kuliah tanpa membebani kedua orang tua. 

Terlahir dari orang tua yang mempunyai kebudayaan yang berbeda tak membuatnya sulit beradaptasi dengan lingkungan. Sang ayah, Iding, berasal dari Ciamis Jawa barat, sedangkan Ibu, Ninik Purwanti, berasal dari Karanganyar, Solo, Jawa Tengah. Keduanya berprofesi sebagai pedagang. 

Iding adalah pedagang kerupuk yang setiap harinya loper ke warung-warung. Sedangkan Ninik berjualan makanan ringan di SD dekat rumah. Profesi sang orang tua tak menggetarkan langkahnya. Ulin bersama dua saudaranya tinggal bersama orang tua di Manggung, RT 01 RW 08, Cangakan, Karanganyar. 

"Saya hanya bermimpi untuk dapat kuliah dengan tidak membebani orang tua, apapun caranya," katanya sebagaimana dikutip dari laman IAIN Surakarta, Senin (10/4). 

Salah satu cara yang dilakukannya adalah berjualan arem-arem. Menurut Ulin, arem-arem itu dia jajakan kepada para temannya yang tinggal di kos. 

"Umumnya mereka belum sarapan saat ada jadwal kuliah pagi. Jadi arem-arem adalah solusi dan peluang bagi saya untuk menambah uang saku. Setelah bosan dengan arem-arem, jualan jilbab juga saya lakoni," imbuhnya. 

Ulin juga aktif di beberapa organisasi kampus, seperti di HMJ Pendidikan Bahasa Inggris dan Tadris Bahasa Indonesia (HMJ PBI & TBI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Hal ini ia lakoni agar mendapatkan jaringan pertemanan yang baru sekaligus untuk menambah pengalaman berorganisasi. Namun, karena banyaknya job mengajar les/ privat di sore hingga malam hari membuat ia kurang aktif di akhir periode. 

Hobi mengajar dan traveling ini pernah mengantarkan Ulin merasakan pendidikan akademik dan non akademik di Deakin University, Australia dalam Short Course Student Mobility Program 2016 yang diselenggarakan oleh MORA Scholarship Kementerian Agama Republik Indonesia. Ia pun pernah mendapatkan juara 3 Lomba Story Telling di Fairy Sale Competition pada awal semester. 

"Menjadi wisudawan terbaik merupakan hal yang tidak pernah saya sangka karena saya sadar betul kalau saya ini bukan tergolong mahasiswa yang pintar dan rajin. Meskipun tidak bisa dipungkiri, saya selalu bermimpi ingin menjadi yang terbaik," terangnya. 

"Menjadi wisudawan terbaik adalah kado untuk ibu saya yang sedang berulang tahun di bulan April. Saya merasa sangat senang dan bersyukur bisa mencapai di titik ini karena dukungan dari banyak pihak," imbuhnya. 

Ditanya soal kunci sukses, Ulin mengatakan, 'Berani, Percaya Diri, dan Yakin'. "Ketika kita mempunyai impian yang besar maka kita harus berani mencoba. Setelah mencoba kita harus percaya diri. Kita harus percaya akan kemampuan kita. Karena kita sudah usaha yang terbaik," ucapnya. 

"Terakhir, kita harus yakin dengan Allah. Allah akan memberikan yang terbaik di waktu yang tepat. Ketika berjuang jangan pernah berpikir perjuangan kita akan sia- sia. Semakin berat ujian yang kita hadapi, semakin manislah hasil perjuangan tersebut. Kalau sukses harus tetap rendah hati," tambahnya. 

Sang mantan sutradara dalam mata kuliah drama ini sudah merencakan untuk segera melanjutkan studi ke jenjang master. "Setelah lulus dari IAIN, saya ingin melanjutkan studi saya ke Australia untuk mendapatkan M.Sc in TESOL lewat jalur beasiswa yang full funded alias gratis. Saya ingin menjadi pendidik yang bisa mendidik dengan baik keturunan saya kelak dan juga menjadi pendidik untuk anak bangsa," pungkasnya. (p/ab)